Thursday, February 23, 2012

A Bright Day For Laundrymen, A Cloudy Day For Openspace

Bayangkan, saya baru saja membeli sebuah rumah, lunas walau sertifikat masih diurus.  Rumah yang karena sederhana maka sisa uang yang saya miliki sekarang saya alokasikan untuk menuntaskan pondasi taman dan jemuran di sisa lahan belakang rumah.  Lantas siang hari ini seseorang asing, akunya orang penting, datang mengetuk pintu, dan menunjukkan sertifikat tanah saya, hanya saja atas nama dia.  Sertifikat yang dibelinya dari mantan seseorang, suatu waktu sering dipanggil yang terhormat.  Maka bisakah anda perkirakan perasaan saya sekarang?

 


Saturday, February 11, 2012

sateponorogo.soekhat

Waktu pacaran dulu, istri saya hampir selalu mengelak diajak makan sate ponorogo.  Terlalu manis buat lidah jawa timur-nya, katanya.  Sore ini, setelah kembali dari sepuluh hari penuh peluh, ceramah dan ikan asin di surabaya, sate 'manis' ini adalah pilihan pertama menu makannya.  Percaya seringkali memang tentang merasa, walau hukum tersebut tak berlaku  bagi saya dan durian.

Eniwei, warung sate-nya ada di Jalan Soekarno-Hatta Malang.  Dekat tugu pesawat, mampir kalau sempat... :)




*harga: 12.000 / porsi

Thursday, February 9, 2012

Jam Tiga Sore, Sembilan Februari

Bukit berkabut dihadapanku...
Debur sendang biru di sudut matamu...

Kita duduk berlawan tengkuk.... 

Nafas kita masih saling peluk


Lalu entah kapan...

Setahuku Jam Tiga Sore...

Matahari menghabis di cakrawala

Menelanmu bersamanya

Setahuku Sembilan Februari

Ketika kutahu pasir pantai tuntas mengubur

Lima huruf pemberian ibuku...





Saturday, February 4, 2012

Menawar

Kemarin saya menawar harga makanan beku di penjual kelilingan.  Hari ini, setelah berkeliling supermarket grosir, saya jadi tahu kalau beda harga keduanya tak sampai dua ribu perak.  Belum juga dihitung dengan ongkos bensin si penjual keliling. 

Menawar adalah hak konsumen.  Bahkan rasa-rasanya dialog tawar menawar juga bagian integral perekat hubungan sosial di negeri ini.  Tapi jika semata tentang harga, lucunya, kita tak pernah berani menawar di supermarket, grosir, mall dan semacamnya.  Seringkali kita sekedar menggumam, memasukkan barang itu kedalam troli, lantas mendorongnya menuju deretan kasir.

Konsumen yang cerdas adalah mereka yang mengetahui bagaimana mendapatkan manfaat maksimal dari barang yang dibelinya.  Sedang konsumen yang bijak, diantaranya, adalah mereka yang mengetahui apa yang perlu ditawar, dan apa yang akan lebih bernilai jika kita sekedar menarik lembaran uang dari dompet, menyodorkannya pada si penjual, mengucapkan terimakasih dan pulang tanpa perasaan puas telah mengurangi nominal yang tak seberapa. 

Selisih nominal itu bisa jadi alasan kenapa kita suatu saat akan menyesali model ekonomi yang menyusupi negeri ini. 

Nominal itu, bisa jadi jatah makan siang seseorang.... 

Thursday, February 2, 2012

Moneyball, Ketika Hidup Tak Sekedar Memenangkan Persaingan

Pada tahun 2002, seorang General Manajer sebuah institusi dari kota kecil ‘terpaksa’ kehilangan tiga orang 'petugas' terbaiknya karena tawaran yang lebih menggiurkan dari para kompetitor dari kota-kota metropolitan.  Tak terelakkan memang jika melihat bujet institusinya yang hanya seperempatnya.  Sebuah tantangan pelik karena besarnya tuntutan publik akan perbaikan kinerja institusinya yang menjadi simbol kebanggaan lokal.   

Dalam kegalauannya, entah di kantor atau di rumah, tak jarang ia diam.  Pencarian solusinya terkadang berakhir pada cuplik-cuplik rekaman jalan hidup yang telah ia pilih sendiri sejak usia 18 tahun itu.  Cuplik itu ‘menawarkan’ penyesalan akan kegagalan berkelanjutan ketimbang keberhasilan.  Potensi yang dimilikinya  dan membuatnya mengesampingkan pilihan studi di Universitas ternama, ternyata tak berbuah manis.  Belum lagi kegagalan rumah tangga yang akhirnya membatasi interaksinya dengan sang putri.   

Masa muda pria itu, Billy Beane, adalah sebuah contoh afirmasi bahwa potensi pada akhirnya memang sebuah konsep samar-samar. Sebagian menyadarinya. Sebagian tidak. Bahwa potensi akan tergerus bersama waktu, entah berkembang atau menghilang. Bahwa bisa menjadi anugerah, beban, atau keduanya.   

Digadang-gadang sebagai anak muda dengan potensi besar sebagai salah satu pemain baseball paling komplit di generasinya, rupanya tekanan besar tak sanggup ia tanggung dan akhirnya Beane hanya tumbuh sebagai pemain medioker.   Beruntung bahwa ia bukanlah seorang yang pantang menyerah.  Sadar bahwa ia tak lagi mampu berkompetisi, ia meniti jenjang karir baru di bidang yang sama.  Ia terlanjur jatuh cinta pada baseball.  Dan akhirnya setelah beberapa tahun, jadilah ia General Manajer A’s, sebuah klub baseball berbujet kecil, namun juga salah satu institusi kebanggaan Oakland.

Setelah serangkaian kegagalan, tahun 2002 itu ia bertemu dengan seorang pria bernama Bill James.   Pria tambun berkacamata itu tak memiliki latar belakang sebagai pemain baseball.  Ia ‘hanyalah’ seorang sarjana ekonomi yang memiliki teori luar biasa unik tentang model statistik dan baseball (kala itu).  Keunikan cara pandang Bill James-lah akhirnya membuat Beane yakin bahwa ia telah menemukan cara untuk memperpendek jurang kesenjangan antara tim kecil semacam A’s dengan tim raksasa semacam Yankees dan Red Sox. 

Brad pitt memainkan peran sebagai Billy Beane dalam MoneyBall

Berdua, mereka meninggalkan patron tradisional.   Dicerabutnya segala romantisme tentang seleksi pemain berdasarkan pada kecepatan kaki atau otot besar, untuk secara sederhana berpulang menilik mekanika dasar tubuh seseorang.  Sesuatu yang beruntungnya dalam dunia baseball tercatat lengkap dalam statistik setiap pemain.  Sebuah paradigma yang lantas dikenal sebagai Moneyball.

Moneyball terdengar sederhana, tetapi pada saat itu memberikan tim Beane suatu jenis keuntungan yang selalu dicari pebisnis, efisiensi biaya.  Sementara klub lain mengincar pemain glamour, mereka justru mencari pemain gendut, pemain tua atau pemain cedera – tipe-tipe pemain berharga murah namun masih bisa melakukan fungsi yang konon terpenting penting dalam Baseball, yakni mencapai base pertama.  Taktik ini mentransformasi A’s dari sebuah tim papan bawah hingga menjadi kuda hitam liga.  Hingga pada suatu waktu, John W Henry, pemilik Boston Red Sox tertarik dan menyodorkan kontrak GM terbesar kepadanya.

Kelanjutan ceritanya sudah jelas dan lengkap terpublikasi.  Red Sox meraih dua gelar World Series semenjak 2003 dan Billy Beane masih saja berkutat dengan obsesinya untuk memenangkan pertandingan terakhir musim.

Kesuksesan Oakland A’s di musim 2002 membuktikan bahwa sains bisa menjadi jalan alternatif bagi institusi yang tak memiliki anggaran untuk membeli nama besar.  Dan implikasi metode Moneyball bukan hanya terasa di dunia baseball.

John W Henry, sang pemilik Red Sox, semenjak perhatiannya beralih ke sepak bola Inggris, mencoba meletakkan basis perekrutan pemain Liverpool pada teknik yang sama.  Downing, Henderson dan Adam, adalah 3 dari 12 gelandang dengan statistik tertinggi di Liga Primer.  Sementara Gareth Bale dan Luka Modric adalah beberapa transfer yang terjadi di era Damien Comolli, direktur olahraga Spurs waktu itu, yang bersahabat dan masih sepaham dengannya tentang analisis sibermetrik semacam moneyball.

Menilik lebih jauh, Arsene Wenger, the Professor, tidak mengejutkan, adalah salah satu manajer yang paling awal dan sering mengintegrasikan informasi statistik kedalam strateginya.  Pada awal 2000-an ia seringkali mengganti Dennis Bergkamp di atas menit ke-70 karena ia percaya data statistik yang memperlihatkan tren penurunan kecepatan sprint sang striker legendaris itu pada seperempat akhir pertandingan.  

"Jika saya tahu bahwa seorang pemain rata-rata membutuhkan waktu 3,2 detik untuk menerima bola dan lalu mengumpankannya, lalu secara tiba-tiba waktunya bertambah hingga 4.5 detik, maka saya bisa mengatakan padanya, 'Dengar, Anda terlalu banyak memegang bola'. " (Arsene Wenger)

Namun rasanya tak seorang pun di sepak bola Inggris keranjingan dan meletakkan prioritas tertinggi akan penggunaan teknologi dan informasi ilmiah seperti Sam Allardyce (kini melatih West Ham).  Tahun 2001 ia secara langsung menemui Billy Beane dan dibawanya pelajaran dari Amerika itu kedalam delapan tahun era kepelatihannya di Stadion Reebok.   

    Big Sam, Pelatih Penggemar Teknologi

Allardyce lantas membawa tim medioker itu menempati peringkat keenam, kedelapan dan dan ketujuh di Liga Premier. Mereka juga mencapai Final Piala Carling dan berlaga di Eropa.  Dan ia melakukannya dengan merekrut veteran. Youri Djorkaeff, Ivan Campo, Fernando Hierro, dan Jay-Jay Okocha, adalah contoh pemain-pemainnya yang dinilai rendah oleh pasar, namun secara statistik memenuhi kriteria yang dibutuhkan dan tentu saja berada dalam bujet Bolton kala itu.  Persis seperti apa yang dilakukan Beane di Oakland A’s.

Tapi dengan semua kemiripan aplikasi tersebut, apakah statistik dalam sepakbola telah mampu memberikan dasar utama sebagaimana apa yang bisa disajikan data pemain bisbol?

Jawaban singkat terhadap pertanyaan di bagian atas pembicaraan ini adalah, Tidak..

Tidak sekarang.....

Pertama karena baseball adalah mimpi statistik.   Jumlah data untuk setiap pemain terekam begitu banyak, lengkap dan rapi tersusun.  Seorang General Manager klub Baseball seperti Beane, asisten atau para scout-nya bisa melihat juara potensial dari data yang diposting pemain sejak bermain di perguruan tinggi atau liga bisbol yang lebih rendah.

Dia tidak perlu melakukannya dengan pergi menonton mereka, seperti yang terjadi di masa lalu, namun dengan sekedar menghitung rasio langkah hingga data strikeout, atau angka-angka yang seringkali terpendam, kedalam model-model kalkulasi potensi.

Kedua, dibanding baseball, sepakbola adalah olahraga yang lebih rancu untuk dianalisis, walaupun tidak berarti hal tersebut tidak mungkin dilakukan.  

Di Liga Premier misalnya, pengenalan perangkat lunak pelacak pemain seperti Opta dan Prozone, terdengar seperti lonceng kematian untuk pemain Matt Le Tissier dan Paul Gascoigne, yang secara statistik dapat diketahui bahwa keterampilan olah bolanya tidak diimbangi dengan etos kerja mereka.  

Sekarang, tersembunyi dalam setiap pertandingan, deretan kamera milik Prozone atau Opta yang disewa setiap klub melacak setiap unsur gerakan pemain, jarak yang ditempuh, bertenaga tinggi berjalan dan posisi defensif.  Jarak tempuh keseluruhan pemain tidak lagi menjadi statistik kunci untuk orang-orang yang mencoba menemukan beberapa persen tambahan peluang antara menang dan menjadi yang kedua.  Melihat data-data tersebut, anda mungkin akan terkejut tentang siapa-siapa saja pemain yang berstatistik tinggi dan sebaliknya kemahalan di liga primer inggris.  Saya mencari data serupa terkait pemain indonesia, namun rupanya tak ada yang ditemukan tertera di mesin pencari...

  
data pemain termahal dan pemain berstatistik terbaik ala prozone (dailymail.co.uk)
   

Baseball adalah permainan yang bagi saya tidak memiliki variasi perubahan strategi sebanyak sepakbola dan karenanya lebih mudah menetapkan cara untuk mencapai tujuan.  Pukul sejauh-jauhnya, atau Lempar secepat dan sesulit mungkin.  Itu saja rasanya.   Statistik sepakbola mungkin saja akan menjadi sangat efektif ketika suatu saat nanti, model analisis permainan telah mencapai level real time analisis dan bukannya pre/post match.  Ketika seorang asisten pelatih bisa membuka pc-tablet nya dan langsung melihat perubahan data pemain di bangku cadangan dari menit ke menit saat pertandingan dimainkan.

Dan lagi, tidak seperti baseball yang relatif ‘olahraga lokal’ amerika, sepakbola adalah permainan paling digemari di seluruh dunia.  Ia melintasi batas geografis yang karenanya lantas menciptakan perbedaan budaya, karakter individu pemain, dan tentu saja kemampuannya beradaptasi dengan gaya permainan di negara lain.  Ada batas-batas budaya yang bisa jadi mereduksi beberapa statistik menonjol seorang pemain impor.

Dukungan pengetahuan psikologis, insting talenta atau pelajaran pengalaman menghadapi situasi-situasi kritis yang tak semuanya terdokumentasi dalam angka akan menjadi luar biasa ketika disandingkan dengan statistik dan sains terapan.  




Beane dan moneyball-nya, dalam aspek kompetitif mungkin saja telah kehilangan keuntungannya sebagai pioneer.  Seperti halnya klub-klub sepakbola kecil yang harus bersaing dengan besarnya dana klub besar yang kini juga dialokasikan untuk pengembangan statistik pemain.   Dalam kacamata kemenangan di lapangan, Beane memang masih saja gagal mencapai gelar tertentu.  Tapi rasanya ia adalah salah satu stereotip persona sebagaimana kriteria quote ini...

“Innovation distinguishes between a leader and a follower.”  (Steve Jobs)

Dan terlepas dari keputusannya terhadap tawaran Red Sox, ia telah membuatnya memenangkan perjuangan lain.  Sebuah romantisme seorang bapak terhadap kerinduan akan suara indah sang putri...  

 After all, Life isn’t always about winning competition, right....??   


*****

Billy Beane, suatu ketika pemuda yang ambisius, 
kini ayah yang memilih anaknya atas uang dan pencapaian pribadi

gambar diambil dari wikipedia.com

Wednesday, February 1, 2012

Syi'ir Abdurrahman Wahid

Astaghfirullooh robbal barooya... 
astaghfirullooh minal hothooya..
Robbi zidni ilman naafi’a... 
wawaafiqnii amalan shooliha...

Ya rosuulallooh salaamun alaik... 
ya rofi’i a syayaa ni waddaroji...
Athfata yaaji rotalaalami...
ya uhailaljuudi wal karomi… 

Ngawiti ingsun nglaras syi'iran
Kelawan muji maring pengeran
Kang paring rohmat lan kanikmatan
Rino wengine tanpo pitungan
Mulai saya membuat syairan
Dengan memuji kepada Alloh
Yang memberi rakhmat dan kenikmatan
Siang malam tanpa perhitungan
 
Duh bolo konco priyo wanito
Ojo mung ngaji syariat bloko
Gur pinter ndongeng nulis lan moco
Tembe mburine bakal sangsoro
Duh para teman pria dan wanita
jangan hanya mengaji syariat saja
Cuma pandai bercerita ,nulis dan baca
Nanti belakangan akan sengsara
Akeh kang apal Quran Hadise
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke
Yen isih kotor ati akale
Banyak yang hafal Quran dan hadist
senang meng-kafirkan pada lainnya
Kafirnya sendiri nggak diperhatikan
Jika masih kotor hati akalnya
Gampang kabujuk nafsu angkoro
Ing pepahese gebyareng dunyo
Iri lan meri sugihe tonggo
Mulo atine peteng lan nisto
Mudah terbujuk nafsu angkara
pada gemerlapnya dunia
Iri dan dengki pada harta tetangga
maka hatinya gelap dan nista
Ayuh sedulur jo nglaleake
Wajibe ngaji sa’pranatane
nggo ngandelake iman tauhide
Baguse sangu mulyo matine
Ayo saudaraku jangan melupakan
wajibnya ngaji dan pranatanya
agar tebal iman dan tauhidnya
untuk bekal mati yang mulia
Kang aran sholeh bagus atine
Kerono mapan sari ngelmune
Laku torikot lan ma’rifate
Ugo hakikot manjing rasane
Yang namanya sholeh bagus hatinya
Karena mantap sari pati ilmunya
Melakukan thoriqoh dan makrifat
juga hakikat yang merasuk rasanya
Al Quran qodim wahyu minulyo
Tanpo tinulis iso diwoco
Iku wejangan guru waskito
Den tanjebake ing jero dodo
Alquran qodim wahyu yang mulia
tanpa tertulis bisa dibaca
Itulah pelajaran guru waskita
Yang ditancapkan di dalam dada
Kumantil ati lan pikiran
Ngrasuk ing badan kabeh jeroan
Mu’jizat rosul dadi pedoman
Minongko dalan manjinge iman
Terbawa ke dalam hati dan pikiran
Merasuk ke badan dan seisinya 
Mukjizak rosul jadi pedoman
Sebagai jalan masuknya iman
Kelawan Alloh kang moho suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadlohi
Dzikir lan suluk jog nganti lali
Menuju Alloh yang Maha Suci
Harus mendekat pagi dan malam
Melalui tirakat dan perjuangan
Dzikir dan suluk jangan sampai lupa
Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas-pasan
Kabeh tinakdir saking pengeran
Hidupnya tentram merasa aman
Datangnya ilham tanda bila iman
Sabar menerima walau pas pasan
Semua takdir dari Tuhan
Kelawan konco dulur lan tonggo
Podo rukuno ojo ngesiyo
Iku sunnahe rosul kang mulyo
Nabi Muhammad panutan kito
Terhadap teman saudara dan tetangga
Jagalah kerukunan dan jangan menyia-nyiakan
Itu sunnah rasul yang mulia
Nabi muhammad panutan kita
Ayuh ngelakoni sekabehane
Alloh kang bakal ngangkat drajate
Senadjan asor toto dzohire
Ananging mulyo makom drajat
Ayo lakukan semuanya
Alloh yang akan angkat derajatnya
Walaupun terlihat rendah hidup dhohirnya
namun mulia maqom derajatnya
Lamon palastro ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Alloh suwargo manggone
Utuh mayite ugo ulese
Bila sampai di akhirnya kehidupan
Takkan tersesat ruh dan sukmanya
Di terima Alloh surga tempatnya
Utuh mayitnya juga kafannya


***