Friday, September 30, 2011

SEDJARAH

Nilai rapor saya dulu berwarna-warni.  Pernah ada yang merah.  Ajaibnya lagi saya tidak menyangka bahwa nilai sempurna juga boleh diberikan Guru untuk Murid.  Sampai sekarang pun saya selalu berpikir bahwa nilai 9 sudah terlalu tinggi dan angka 10 hanya untuk Tuhan rasanya.  

Tapi jika melihat perbandingan penguasaan materi Sejarah, rasanya mata pelajaran itu memang layak memperoleh nilai lebih tinggi ketimbang dengan ilmu lain yang diajarkan pada waktu itu.  Saya suka sekali sejarah, sampai-sampai guru menyarankan saya untuk merubah cita-cita Arsitek menjadi Arkeolog.  Sayang, tapi waktu itu saya tidak pandai menakar seberapa makmur saya dalam profesi pencari jejak masa lalu.  Saya oportunis sekali waktu itu... :D

Dan kecintaan pada pelajaran sejarah secara langsung membawa saya pada keharusan menguasai Bahasa Daerah.  Lalu mengingat-ingat masa kelas 2 dan 3 SMP di masa sekarang membuat saya sadar, tulisan Jawa yang sering kita sebut Hanacaraka, yang dulu saya kuasai penuh, sekarang menuliskannya lengkap pun saya buta.  Saya lupa pada sesuatu yang pernah saya cintai.  I became too goddamn english.  Ini memalukan....  

Saya mau belajar lagi 'membacanya'....!!



Thursday, September 29, 2011

Iridescent



 ....We tend to try really hard to turn the table on every wrongdoings, every problems in life.  Even sometimes try to fix it all at once.  And suddenly the chicken got burned.   Perhaps we became too proud to our fighting-self and couldn't understand there are times when all we need to do is just let it go...

****

When you were standing in the wake of devastation
when you were waiting on the edge of the unknown
with the cataclysm raining down,
insides crying save me now
you were there and possibly alone.

Do you feel cold and lost in desperation
you build up hope, but failure's all you've known
remember all the sadness and frustration
and let it go, let it go.

And in the burst of light that blinded every angel
as if the sky had blown the heavens into stars
you felt the gravity of temper grace falling into empty space
no one there to catch you in their arms

Do you feel cold and lost in desperation
you build up hope, but failure's all you've known
remember all the sadness and frustration
and let it go, let it go.

Wednesday, September 28, 2011

What You Give, You Get Back

atas nama tanggung jawab kolektif, aku mempercayakanmu tentang detil. maka menjadi mengecewakan ketika kita telah sejauh ini, dan akhirnya harus kembali, menakar ulang tentang detilmu. Dan tak kusangkal, aku kini meragukanmu lebih dari sekedar detil.  Pada detik yang tak jauh berbeda, aku juga mengerti bahwa ada bagian masa laluku yang membawamu dan segalanya tentangmu.  Karena sekali lagi aku tak menyangkal, kita pernah berada pada posisi yang sama dalam waktu yang berbeda.  Respon kita setelah kesalahan itu yang akan menyelamatkan masa depan kita....

Tuesday, September 20, 2011

M I N I

Ada banyak hal yang akan selalu kita pandang berbeda dalam hidup.  Kita manusia biasa yang hidup dalam relativitas.  Para ulama masih tidak bisa menyatukan Hisab dan Rukyat.  Para pejabat sering ragu memilih antara meningkatkan PAD atau memenuhi tanggungjawab RTH.   Kita hampir setiap hari merasa terusik dengan sesuatu yang menjadikan kita obyek, sementara kita gampang terlena ketika menjadi subyek.  Terlalu banyak, hingga kita terkadang sulit memilih mana beda yang harus kita samakan persepsi dan mana yang seyogyanya kita jadikan sebagai warna yang kaya.

Adam tertipu 'khuldi', lalu Qabil membunuh Habil juga karena hasratnya terhadap kecantikan Iqlima, sang adik kembarnya.   Perkosaan hampir sama tuanya dengan pembunuhan, keduanya berakar dari dorongan yang sama, nafsu.   Sebuah kenyataan yang karenanya tidak akan terselesaikan dengan melarang perempuan mengenakan rok mini di tempat umum.  Saya pun termasuk salah satu yang meyakini hal tersebut.   Laki-laki yang kadung memiliki masalah mengendalikan nafsu bisa jadi takkan memandang pakaian apapun yang dikenakan perempuan, entah terbuka atau tertutup sekalipun.  Bahkan di Arab Saudi pun perkosaan – termasuk pelecehan seksual terhadap TKW – marak terjadi.    Perempuan tetaplah korban dalam hal ini.

Tapi keyakinan saya ini bukan didasari pada persetujuan saya pada keberadaan rok mini.   Rok mini, semenarik apapun tampilan yang didasarkan pada perkembangan mode, bagi saya (pribadi) tetap tidak bisa mengalahkan keindahan makhluk yang terbungkus rapi dan lebih tertutup.   Buat saya ini lebih pada persoalan menemukan solusi yang tak setengah-setengah.  Dan adalah penting untuk kita senantiasa terbuka terhadapnya,  sekaligus menghindari pernyataan-pernyataan yang tidak memberikan ruang untuk berlangsungnya proses komunikasi dua arah. 

Bagi saya semata mengemukakan usul melarang perempuan mengenakan rok mini tanpa memberikan solusi lain memang wajar jika akhirnya memicu tendensi gender atau faktor diferensial lain dalam lingkungan yang terlanjur plural ini.   Komentar Neng Dara, Komisioner Komnas Perempuan nyata mengungkapkan fakta apa yang ada di pemikiran banyak perempuan .modern.

."Orang terbiasa memakai blazer dan rok pendek, apalagi di kota besar yang heterogen seperti Jakarta. Melarang menggunakan rok pendek menyelewengkan kebiasaan yang sudah menjadi kelaziman. Setiap orang berhak memakai pakaian selama dalam batas kesopanan. Rok mini bukan menjadi alasan atas terjadinya pemerkosaan. Karena tindak kejahatan terjadi bukan karena rok mini, tetapi karena iklim dan mindset."

forumkompas

Jika benar apa yang saya baca, maka Neng Dara pun tidak menjelaskan apakah rok mini termasuk batas kesopanan karena ia banyak menggunakan kata rok pendek yang tentu saja berbeda dengan rok mini.  Lagipula apa itu batas kesopanan? lakukan saja survey dan hasilnya pasti akan memunculkan minimal tiga prosentase pilihan responden yang sama sumirnya dengan pertanyaaan yang diajukan.. 

Saya pikir hal ini menjadi besar karena sang pencetus pun berstatus pemimpin Lain soal misalnya kalau saya yang berbicara, rasa-rasanya maksimal teman debat saya hanya 628 orang.  Iya, cuma segitu teman fesbuk saya yang potensial meluangkan waktu membaca tulisan ini.  Yang kedua, tentu saja karena pemimpin itu berkelamin laki-laki.  Laki-laki dalam strata apapun memang seringkali terjebak dalam ide logis simpel.  Yang karenanya 'memancing' respons sensitif yang secara naluriah memang lebih banyak dimiliki perempuan.   Saya lalu membandingkan situasi ini -maaf jika terlalu jauh- dengan ketidaknyamanan serupa ketika Harry Potter terakhir dan Transformer 3 terancam tak tayang di Indonesia, rasanya semua gender mengeluhkan hal serupa.

Saya yakin ada solusi kreatif lain yang akan secara signifikan mereduksi perkosaan, semacam: menyeleksi benar tayangan televisi, merevitalisasi peran keluarga dalam pendidikan seks, meng-endorse perempuan untuk menambah pengetahuan tentang pertahanan diri dan memberikan ancaman hukuman “kreatif” yang berefek jera seperti memandulkan/mengebiri para pelaku perkosaan juga patut dimunculkan.  Jika disepakati bahwa perilaku kita, entah itu pria atau wanita, terlahir karena kelaziman, maka tentunya merubah sebuah kelaziman pun adalah sebuah pilihan yang tak bisa dikesampingkan..  

Pada akhirnya, tentu saja, saya masih laki-laki dan tak pernah menjadi perempuan atau memiliki kemampuan mengetahui apa yang ada di dalam benak perempuan.  Maka jika opini ini di mata sahabat-sahabat perempuan akhirnya memang akan tetap terdengar seperti seorang lelaki, mungkin memang begitulah adanya.    Toh saya yakin penuh, saya menulis ini mencintai dan menghormati mereka sebagai makhluk paling indah, interestingly complicated, dan tentu saja paling kuat yang pernah diciptakan Tuhan.   Tapi bahkan seorang makhluk terkuat sekalipun perlu melindungi diri dan mendapat perlindungan.  Menghindari rok mini bagi saya adalah sebuah anjuran, pilihan yang baik untuk mereduksi kejahatan yang terbangkitkan kesempatan.  Tapi ada banyak hal lain yang harus pula ditindaklanjuti….

Untuk perempuan Indonesia…  

Saturday, September 17, 2011

Everything Must Go



Mata lelahnya menatap kosong ke kaca depan.  Antrian panjang sore ini terasa seperti tamparan ringan saja baginya.   Kaleng Budweiser yang tinggal setengah ada di genggamannya.  Baginya, isi kaleng itulah yang sekarang ini paling bisa menemaninya mengingat pahitnya pemecatan mendadak oleh direksi kantor pemasaran tempat ia enambelas tahun terakhir ini mengais rejeki.  Dan tentang isi kaleng itu pula yang mengikis habis kesabaran mereka yang mempekerjakannya.  Ia tak peduli, sama seperti ketidakpeduliannya akan kemacetan yang menjebaknya itu.  Ia telah terlalu lama berteman dengan sang kaleng....  

Kemacetan pun menyerah dan akhirnya melepaskannya pergi....

Ford Taurus itu kembali ia kemudikan pelan, sampai akhirnya mobil pinjaman kantor itu diparkirnya di depan rumah.  Lalu, setengah tak percaya ia menatap pemandangan baru di halaman rumahnya.  Begitu banyak barang berserakan di halaman, semuanya barang-barang pribadinya.  Dalam pikirannya yang setengah mabuk, ia masih bisa mencerna, harinya baru saja bertambah buruk.

Dengan gontai ia berjalan menuju pintu rumah.  Sepucuk surat di daun pintu mengafirmasi apa yang sudah diperkirakannya.  Dan sepucuk surat itu saja yang ditinggalkan sang istri.  Kunci rumah telah diganti, demikian pula sandi pintu samping rumah.  Ia tertolak di rumahnya sendiri.

Ia akhirnya berjalan kembali ke halaman, menemui benda-benda yang dikenalnya dan dipahaminya betul sebagai bagian sejarah hidupnya.    Diraihnya sebuah bola baseball yang penuh tandatangan pemain tim favoritnya, lalu dipandanginya setumpuk Piringan Hitam milik sang ayah sebelum ia melangkah menuju kursi malasnya.  Tiga benda itu adalah hal-hal yang paling menarik perhatiannya.   Benda-benda yang sedikit banyak telah dan nantinya akan menentukan kehidupannya. 


Menyerah dengan apa yang dihadapinya hari ini, dihempaskannya tubuh lelah itu ke kursi malas kesayangannya.  Kaleng budweiser baru diletakkannya dekat.  Tak ingin rasanya ia jauh sedetikpun dari benda yang dipikirnya memainkan peran sebagi sahabat terbaiknya.  Ia pun terlelap begitu saja bersamanya, berharap esok akan membangunkannya dari hal-hal yang dipikirnya sekedar mimpi buruk ini...

Harapannya tidak terwujud.  Semprotan air dari kran otomatis di taman rumah  membangunkannya di hari berikutnya.  Ia masih di halaman, jobless, dan tak lama kemudian mendapati telepon dan kartu kreditnya telah diblokir oleh sang istri.   Hal yang berbeda adalah bahwa hari itu ia dipertemukan dengan dua orang baru.  Pertama, seorang tetangga baru, perempuan yang tengah hamil muda dan baru saja pindah dari sebuah kota metropolitan.  Yang kedua, adalah seorang anak kulit hitam tambun yang ingin sekali bisa bermain baseball.  Dua orang itulah yang rupanya akan terlibat banyak dalam hidupnya tiga hari ke depan. 


Ya, tiga hari kedepan itu saja yang dimilikinya untuk 'menyelesaikan' masalah ia dan barang-barangnya yang berserakan.  Hukum di kotanya memang menilai ketidak mampuan mengelola barang pribadi sebagai sebuah gangguan ketertiban umum.    Sebuah puncak kekacauan hidup yang menghampirinya, semenjak tujuh tahun lalu ia menerima sang kaleng sebagai pasangannya.


Walaupun bukan berasal dari keluarga santri, ayah dan ibu berhasil mendidik saya untuk menjauhkan diri dari setetespun minuman yang tidak hanya akan membuat Shalat seorang muslim tidak diterima hingga 40 hari setelahnya, namun juga mendorong banyak cerita tersesatnya orang-orang dalam hidup.  Lingkaran pertemanan saya pun tidak cukup jauh menjangkau hingga dunia mereka yang menderita karena salah mempercayakan hidupnya pada gelas-gelas berisi air bening atau merah.   Maka bisa dikatakan bahwa saya sejauh ini tidak pernah memiliki cukup pengalaman personal terhadap situasi ketergantungan alkohol seperti apa yang dialami Nick Halsey itu. 

Tapi pelajaran yang saya bawa dari Nick Halsey akhirnya menuntun saya pada refleksi yang lebih luas.  Refleksi yang seperti biasa, sebagian diantaranya terpikirkan di kamar mandi.  Bahwa banyak hal yang sama memabukkannya di dunia selain khammr.   Saya telah melihat bagaimana game online mempengaruhi hidup teman saya, konsumsi rokok yang berlebihan membuat sejumlah orang yang saya kenal mengalami kesulitan finansial, dan riuh rendah media sosial seringkali menjebak saya dan banyak kawan untuk berdiam terlalu lama didalamnya. Saya masih sering lupa aplikasi bahwa sesungguhnya manusia akan berada dalam aktivitas merugikan kecuali mereka yang memahami pesan-pesan kebenaran dan bersabar didalamnya..

Tentang Nick, ia pada akhirnya ia masih beruntung.... 

"....Even lost is tend to be a good place to find ourself.... "

Pertemuannya dengan kedua orang baru dalam hidupnya adalah katalis yang membuatnya mengingat masa-masa kecilnya yang bahagia.  Kecerian bersama kedua orang tuanya yang bisa dipandanginya lagi lewat sebuah proyektor tua yang ia temukan diantara tumpukan barang di halaman rumahnya.  Ia juga beruntung, ia hidup sebagai seorang lelaki bermasalah namun sejatinya tidak kehilangan modal kebaikan dalam dirinya.  Kebaikan yang terlihat nyata dari bagaimana ia mengerti makna setiap barang yang dipunyainya.  Ia menghargai benar setiap sejarah pencapaiannya.  Dan ketika tiba saatnya, barang-barang itu rupanya akan memberikan imbal balik yang tak ternilai baginya.   ..

Saya jadi ingat bahwa kadang saya terlalu malas mencuci motor, membersihkan rumah ~ kontrakan tentu saja :D ~, dan merawat benda-benda lain yang bisa saya dapatkan baik dari keringat sendiri ataupun pemberian orang lain.   Hal-hal yang seringkali baru saya sadari ketika benda-benda itu rusak ketika dibutuhkan, atau bahkan lepas karena mungkin Tuhan tidak lagi menganggap saya sebagai yang paling laik untuk memilikinya...

Memang benar pepatah, don't get too attached to things, tapi selama hal-hal titipan itu ada di kamar, di badan atau di rumah, maka sudah seharusnya saya memperlakukannya lebih baik. 

Because when Everything Must Go, It might save my life someday...   


   

*****

Wednesday, September 14, 2011

Traffic

Sabtu malam lalu, sebuah acara halal bihalal dan safari pengajian sebuah ormas/jamaah berlangsung begitu meriah.  Berlokasi di jalan arteri Surabaya-Malang yang masuk wilayah Singosari, acara tersebut dihadiri sekitar 5.000 orang dari berbagai daerah di Malang Raya.  Yang menarik, keramaian yang menutup satu sisi jalan poros tersebut rupanya berdampak pada antrian panjang kendaraan, lebih dari 10 kilometer.  Saya dan teman saya adalah salah satu diantaranya.  Malang-Singosari normalnya bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam 25 menit, malam itu saya butuh waktu hampir 2 jam.   Teman saya yang lain naik mobil dan ia menempuh jarak yang sama dalam waktu 3,5 jam.

Lalu, kemarin sore, sebuah truk gandeng bermuatan tebu mogok di jalan yang sama.  Sang truk yang terlihat mulai renta tak kuasa mengusung muatannya.   Skala situasinya jelas lebih kecil ketimbang keramaian pengajian sabtu malam.  Toh hasilnya  hampir sama, jalan arteri Surabaya-Malang macet lebih dari 5 kilometer di kedua sisinya.   Kali ini saya butuh satu jam untuk menembus kemacetan itu.

Sempat terbersit dalam benak, bagaimana seandainya diantara antrian itu ada ambulans atau kepentingan mendesak lainnya diantara kemacetan itu.  Saya tidak yakin, apakah harus menyodorkan tanggung jawab pada salah satu pihak.  Apa yang salah dengan sebuah forum mulia semacam pengajian? Mana mungkin sang sopir truk sengaja membuat kendaraannya mogok? Bagaimana bisa menyalahkan keterlambatan hadirnya polantas yang dalam keterbatasan jumlahnya harus mengurusi begitu banyak problematika lalu lintas?
Atau mungkin ini salah para perencana yang tak cukup berusaha? Ah, tidak, mereka toh hanya produk pendidikan tanpa kekuasaan untuk mengeksekusi strategi.


Yep, it's increasingly hard to solve transportation problem, harder than us to decide who came first, egg or chicken.   Multi vehicles ownership becoming culture, now it gettin harder to shift people believe for good public transport.
 
Atau mungkin memang jawabannya seperti makna liontin yang diberikan Napoleon pada Josephine, yang didalamnya ada tulisan, "DESTINY"?

Kok saya masih yakin ya, kita seharusnya mampu melakukan sesuatu yang lebih baik, starting from ourselves, trusting, finding the joy within our existing public transport, while relentlessly find a way to improve it...



* menghambat penggunan sepeda motor bagi anak sekolah dan mobil bagi mahasiswa

* menghentikan kepemilikan kendaraan pribadi yang tidak wajar lewat prosedur perijinan, pajak progresif atau lainnya...

* membuat aturan penggunaan kendaraan pribadi yang lebih ketat seperti three in one, jalur khusus angkutan umum, aturan hari penggunaan berdasarkan plat nomer, car free day....

* menyederhanakan trayek, mengurangi waktu tunggu dan waktu tempuh serta meningkatkan kenyamanan angkutan kota

* membuat aturan lalu lintas kendaraan besar di dalam kota yang lebih tepat 

* membuat program studi kemacetan? :D






Thursday, September 8, 2011

Forgotten

Si ravi tadi malem minta saran mixtape 'autis' ke saya.  Suddenly saya tertawa.  Privilese sebenarnya ketika seorang dengan selera musik yang 'sedikit berbeda' dengan saya meminta masukan tentang nada yang mungkin perlu didengar.  Untuk sebuah kompetisi pula.  Tapi sebenarnya saya cenderung tertawa karena lebih menertawakan diri sendiri.

Saya (sedang) terlalu banyak menghabiskan waktu untuk menonton film dan melupakan dunia musik.  Alasannya simpel saja sebenarnya, musik terasa dekat ketika saya sering 'mengaji' dengan teman-teman.  Sesuatu yang 'terkekang' selama bulan puasa.  Sementara film tidak menemui halangan semacamnya.  Maka jadilah semalam, setelah kekenyangan Grill Beef yang mengkompensasi harga miringnya lewat kuantitas paprika, saya memilih memutar playlist yang sangat acak dan bukannya bukan film sebagai teman tidur. 

Paginya saya tetap belum menemukan satu yang akan saya sodorkan ke si ravi.  Tapi suddenly saya suka (lagi) salah satu lagu lamanya Nidji.  Sedikit terpengaruh playlist karaoke kami semalam mungkin, tapi toh terdengar comforting, saya melayang sedikit dan bisa tidur enak karenanya.....

Dia ku lihat dia
Slalu menutup mata
Dia adalah malam
Aku dan dia

Terbanglah kepadaku
Manusia sempurna untukku
ku lihat, ku rasa, ku cium dan ku dengar

Dia haa.. naa..

Angel ..wants ..
Angel .. touch ..
Angel .. sees .. and brings..
Angel .. wants.. Angel .. touch ..
Angel .. sees

(Manusia Sempurna)

****


Tuesday, September 6, 2011

Genre

There were many great stories we've seen.  I was having fun with The Transformers, thoughtfull about Inception, laughed a lot along with Panda.  In the end,  there's a thing stood out.  And its 'Viktor Novorski' which sums it up.  True, it might not be the best.  Perhaps, it's just our genre, Amelia...