Tuesday, February 11, 2014

Happy Birthday Mommy

Tahun lalu dan tahun sebelumnya, ketika kutanya hadiah apa yang kauharapkan di pagi tanggal sebelas bulan dua, aku bisa membaca satu dua hal yang terlintas diantara raut senyumanmu. Malam tadi, bahkan sore sebelum semalam kamu hanya tertawa atau malah menggeleng pada beberapa pilihan yang kutawarkan. Aku geli sendiri ketika merasa sampai perlu memaksa......

Apa ini efek dari kita menjadi lebih tua? atau memang waktunya saja yang belum tepat? atau barangkali kamu (dan aku) memang sudah cukup senang seandainya nanti pulang dan mendapati Ksatria Bayam Kecil kita berhasil menaklukkan dahak yang menyerangnya habis-habisan sepanjang malam? Lalu dengan gagah berani merebut kembali gembil-gembil pipi yang tergerus virus itu......

Anyway, selamat menikmati usia kepala dua terakhirmu ratu bersih-bersihku, karena tahun depan kamu sudah kepala tiga. 29 your age... 

Less said for wishes, i believe, you know what to grow anjing lautku.
Happy birthday momy, Nike Poerbyanti......

PS :
tawaran-tawaran kemarin masih berlaku kok...
termasuk resolusi akhir tahun untuk memulai keliling dunia tahun ini...

#superpanda & #ksatriabayam

Sunday, February 9, 2014

Bah...

It's been one hundreed and fifty days, and this is what i think of you sir....

1. improving public welfare ? - finger crossed -
2. improving public health ? - we hear a thing or two -
3. take education to the next level ? - still try to reach the moon with the same old rocket? -
5. on religiousness, tolerance ? - fulfill prediction of many -
6. any public transport project or idea ? - never heard -
7. on reaching the minimum standard of green open space? - sidewalk -
8. dare to rejuvenate the bureaucracy ? - flapping like 'that bird' -
9. on spreading a new optimism ? - the clock is ticking, and still i couldn't find you on my timeline -
10. improving staff's welfare ? - wake me up when september ends -

so... here's how i define you now...

Even moyes deserve time, so yes, i also believe that you deserve to be given enough time to show that you're not only a man with heart and vision, but also action.

Yet, with every seconds passed, every defeat felt, every encouraging tweet from other city filtered through the timeline, every decision bad managed, you'll lose the momentum and i'm afraid, my trust, too, Sir...

Wednesday, February 5, 2014

Bicycle

sepuluh menit terlambat ngantor untukmu?

go ahead!

i want to ride my bicycle....
i want to ride my biiike....


Thursday, August 8, 2013

1434

Pada masa ketika interaksi sebagian besar kita berputar dalam lingkup dan kecepatan lokal, lebaran adalah waktunya berkeliling sembari mencicipi kue demi kue yang disajikan empunya rumah.  Mereka yang cukup dekat kadang tinggal lebih lama untuk menikmati opor atau sroto sambil bertukar kisah setelah saling meminta maaf. 

Lalu nyaris bersamaan dengan dimulainya ledakan ketertarikan kita pada kendaraan pribadi, datanglah telepon genggam yang menawarkan penawar kemacetan mudik yang menyebalkan dan lebaran pun berlalu meninggalkan kue-kue kering yang tak tandas dalam toples gelas.   

Menumpuknya jumlah nomer telepon yang tersimpan membuat sementara pemiliknya memilih memanfaatkan kecanggihan teknologi dan harga promo pesan singkat operator seluler untuk mengetik untaian maaf nan indah dan seragam, lalu mengirimnya ke berpuluh tujuan di satu waktu, layaknya jenderal yang mengirimkan bala tentaranya ke medan laga.  Waktu menjadi terlalu singkat untuk satu persatu pesan singkat itu.  Beberapa waktu lalu seorang teman saya yang jengah berkeluh kesah tentang hal itu.  "..saya tak mau membalas sms seperti itu..".  Saya tertawa dalam diam karena saya juga melakukannya lebaran tahun itu, hanya kebetulan saja saya lupa mengirimkan pesan serupa padanya.

Ketika layanan seluler pemintas jarak itu makin tersedak oleh media sosial yang 'seolah' tak menyoal ongkos berbual, sementara kita mulai menemukan lagi cara lain menyucikan diri dari kesalahan antara kita.  Prosedur "ketik maaf-cari buku telepon-tambahkan penerima-kirim" masihlah terlalu inefisien.  Maka berduyun-duyun sosialita (mungkin kita diantaranya) mulai mengecat permohonan maaf di tembok-tembok biru yang nyaris seragam itu.  Tinggal "ketik-post" saja maka sontak ada peluang ratusan atau ribuan sahabat dan kerabat yang melintas di depan tembok rumah akan sempat membaca permohonan maaf itu, lalu menerima lalu berkomentar atau membalas kicauan kita.  Keyakinan yang barangkali lahir karena pikir kita, pada dasarnya sang pelintas sependapat bahwa ketulusan memang harus menemukan cara untuk beradaptasi terhadap dunia yang bergerak lebih cepat dalam seratus empat puluh karakter dan bencana hobi transportasi pribadi yang kini membuat dunia terlalu naif untuk dikatakan hanya selebar celana kolor.   Saya sungguh ingin tahu pendapat kawan saya tadi, tentang itu... 

Bagi yang mengalami, mungkin ini adalah masa dimana kunjungan lebaran menjadi terlalu mahal untuk sekedar meminta maaf dan beberapa biji kue kering.  Toples gelas di rumah makin tak terjamah karena makin banyak tamu yang memilih menjadi tuan rumah. 

Hari ini kita lebaran lagi.  Beberapa kawan sudah mengirimkan pesan singkat lewat telepon seluler. Saya sendiri belum membalas atau menghaturkan maaf kemana-mana hingga saat ini kecuali pada orang tua dan mertua.  Malam takbiran terlanjur berlalu saya habiskan menunggui si kecil yang sedikit kembung dan rewel menjelang lebaran kali pertamanya, namanya juga bayi.  Tapi saya telah berjanji untuk membalas mereka satu persatu walau mungkin tak dalam satu waktu.  Karena lebaran, barangkali memang bukan sekedar memuaskan hasrat meminta maaf.  Ada hubungan yang tak ingin tertinggal diantaranya. 

Selamat berlebaran. semoga kita didekatkan pada ramadhan tahun depan, menemukan cara terbaik untuk saling memaafkan dan mempererat persaudaraan, dan dijauhkan dari keinginan menyimpan buruk sangka... 

Karena dunia sudah terlalu pengap dengan metana dan karbondioksida.... 



Purwokerto, 8 Agustus 2013

Thursday, June 6, 2013

Isra' Mi'raj - 060613

Kelak, pada saatnya akan kuceritakan padamu tentang isra' mi'raj dan betapa beruntungnya kami bahwa Alloh memilih mengirimkanmu pada malam peringatan kejadian istimewa itu.

Nanti, akan kukenalkan padamu, Muhammad, nama manusia yang kau dengar setelah tangisan pertamamu. Lalu, setelahnya, akan kuceritakan banyak lagi, tentang bagaimana aku mengenal ibumu, tentang istimewanya kakek dan nenekmu, dan tentu saja akan kuceritakan padamu manchester united nak...

Tapi sekarang, bagaimana jika sementara kuucapkan saja..

SELAMAT DATANG NAK...!

| littlepanda | purwokerto | 060613 | 3,00kg | 50cm

 

 

Monday, April 1, 2013

Dengar Kami Malang

Empat belas tahun yang lalu saya jatuh cinta dengan kota ini, yang dinginnya membuat saya tidak harus mandi sebelum kuliah pagi. Sesuatu yang sekarang sulit terjadi. Suhu bumi meningkat dan yang kita lakukan setiap harinya di Kota ini bisa jadi berkontribusi terhadapnya. Barangkali suatu hari saya akan menjadi apatis, tapi untuk sekarang, berpikir positif dan berbuat nyata untuk kota ini masih yang terbaik. Berada di lingkaran pemerintahan, walau di level bawah, saya bisa melihat masih banyak birokrat yang menjadikan perubahan sebagai tekad. Sementara di luar, saya tahu ada banyak kekuatan dalam ragam komunitas hijau yang ingin menyelamatkan ruang hidup yang layak. Malang yang lestari itu memang tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin.... Dirgahayu Kotaku, semoga engkau segera mendapatkan transportasi publik yang layak, RTH yang memberi nilai tambah kehidupan, dan kemajuan ekonomi yang bersahabat dengan bumi...

Saturday, March 16, 2013

Antri Obat

Alhamdulillah, beberapa tahun terakhir saya jarang butuh berobat dan sebagai konsekuensinya, saya juga tidak punya cukup banyak pengalaman personal tentang pelayanan kesehatan.  Tapi namanya manusia, akhirnya ada juga saatnya harus pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan.  Untuk kasus saya, adalah istri yang memaksa pergi karena batuk yang saya alami ketika kedinginan dan dimulai dari sejak terekspos blower AC bus di perjalanan luar kota terakhir telah seminggu ini mengganggu.

Jujur, saya terkesan dengan kecepatan pengurusan administrasi di Puskesmas yang saya datangi.  Sistem yang digunakan masih manual dan sebagai seorang yang baru pernah memeriksakan diri di tempat tersebut, saya sempat khawatir akan ditanya macem-macem data dan fotokopi ini itu.  Tapi tidak, hanya butuh waktu lima menit untuk sang ibu mencatat data yang dibutuhkan and thats it.  Saya bisa mengantri pemeriksaan dokter.

Pemeriksaan dokter juga berjalan cukup lancar dan komunikatif.  Saya baru mengernyitkan dahi ketika sejam setelah pemeriksaan dokter tersebut, saya masih saja duduk di bangku antrian penukaran resep dengan obat gratis.  Saya adalah antrian nomor dua dan setelah saya, masih banyak lagi yang menunggu.  Beberapa remaja yang menemani neneknya dan ibu muda yang mengantri obat untuk anaknya mulai tidak sabar dan beberapa kali bangkit dari bangku antrian, melongok ke jendela layanan yang diatasnya ditempel kalimat ini...

MERACIK OBAT
Membutuhkan
Waktu dan Ketelitian
Mohon kesabarannya 
Untuk menunggu

Tak ada yang salah dengan kalimat itu.  Rasa ingin tahu saya adalah apa benar butuh selama itu untuk memproses resep yang sempat saya baca terdiri dari tiga macam obat generik standar, bukan racikan kapsul?

Hari itu hari Jumat. Puskesmas seperti halnya instansi pemerintahan lainnya, sepertinya terjebak dengan situasi pagi hari yang diisi aktivitas olahraga untuk stafnya.  Pengalaman pribadi di kantor saya menunjuk angka 9 sebagai waktu jam pelayanan baru efektif dimulai di hari Jumat.

Inilah kultur yang perlu dirubah. Dan saya pikir mempercepat pelayanan tidak sulit, barangkali hanya dengan mengukur ulang waktu olahraga staf dan menata kembali jumlah petugas yang menangani satu tugas tertentu.  Terlalu banyaknya petugas di ruang pelayanan resep membuat potensi mereka untuk menghabiskan waktu bersama makin tinggi.

Menunggu petugas meracik obat itu memang wajar bersabar.   Tapi sabar jelas kata yang sulit, ketika melihat dari balik kaca bahwa para petugasnya bercengkrama dengan asyik dan panjang lebar sementara membiarkan resep menumpuk?