Friday, November 23, 2012

Sore di Fried Chicken

Rumah makan cepat saji jalan kawi itu tak terlalu ramai. Kami mengantri tenang, hanya berjarak dua orang dari meja sang kasir. Ada dua alat pembayaran, namun hanya satu yang beroperasi.

Tak berapa lama antrian itu sedikit bertambah. Dua orang laki-laki paruh baya berdiri di belakang kami. Lalu pria paling belakang, seorang berperawakan ekstra tambun tinggi besar dan kemeja rapi menyalak sengak,...

"..Woy, buka dong kasir satunya, pegawai banyak, yang peka dong kalau banyak antrian..."

Tergopoh, terlihat sedikit kesal, seorang pelayan restoran yang sedang membersihkan lemari datang dan menyalakan mesin kasir satunya. Ia mempersilahkan kami maju dan membuat antrian baru, yang kini berisi dua orang, dengan laki-laki ekstra tambun itu kini persis dibelakang kami. Selepas membayar, istri saya yang tak begitu memperhatikan sosoknya, menggumam, "...sapa sih yang tadi ga sabaran banget...?"


Ah, barangkali dia memang terlalu lapar dan waktu terlalu berharga untuk dihabiskan dalam antrian...

Saturday, November 17, 2012

Looper

Katakan, apa yang ingin kau lakukan pertama kali jika suatu saat perjalanan waktu bukan lagi sekedar dongeng dari laci nobita?

Mencegah pernikahan perempuan yang kau pikir seharusnya menjadi pendampingmu? Memilih hidup vegetarian untuk memperbaiki catatan kesehatan masa depan yang memvonis sisa umurmu? Mengubah kata "ya" menjadi "tidak"?

Semua orang akan punya jawaban yang menarik. Dan Joe, seorang mantan pembunuh bayaran yang di masa pensiunnya menemukan kedamaian di pedalaman Shanghai, memilih untuk memasuki mesin waktu dan kembali ke masa lalunya, demi mengubah jalan hidup yang tak bisa ia terima.  Maka kembalilah ia ke tahun 2044 dan perjumpaan dengan versi muda dirinya, yang justru ditugasi membunuhnya.

Yang terjadi selanjutnya, seperti halnya kisah-kisah pelintas waktu lainnya, benturan dua masa pun terjadi dan tentu saja bukan hanya tentang Joe muda dan Joe tua, tapi juga orang-orang lain yang ada disekitar mereka. Alih-alih menampilkan benturan itu dalam format adegan hancur-hancuran macam terminator, kisah Joe mengulas lebih dalam pada pergulatan intens sosok-sosok manusia yang terus mengalami perjuangan antara sisi positif dan negatif dalam dirinya.  Karenanya sulit menebak begitu saja siapa sebenarnya yang menjadi protagonis maupun antagonis dalam kisah ini.

Yang mungkin identik dengan kisah-kisah pelintas waktu sebelumnya, adalah bahwa dunia di masa depan digambarkan sebagai ruang yang dipenuhi teknologi, yang mempermudah aktivitas, namun menggiring manusianya menjadi semakin tersentral pada dirinya sendiri.  Institusi hukum serta pemerintahan tinggal simbol tanpa makna dan orang-orang, termasuk Joe tua, dalam pencariannya akan perubahan dunia, lantas rentan terjebak pada hasrat menumpahkan kesalahan pada orang lain dan lupa bahwa perjuangan terbesar dalam hidup sejatinya adalah ketika kita harus mengalahkan diri sendiri.

Pada akhirnya, pertanyaan-pertanyaan akan muncul dan memberi kita kesempatan untuk memikirkan jawaban akan seberapa besar penghargaan kita akan persahabatan? Sejauh mana cinta layak diperjuangkan?  Apakah benar kasih sayang lingkungan sekitar bisa mengubah jalan hidup sebuah individu?  Bagaimana kita menghadapi kesalahan hidup?


Maka padamu, anakku akan kuceritakan bahwa, adam membuat kesalahan.  Ayah dan ibumu telah berkali-kali melakukannya.  Engkau juga kelak akan melakukan kesalahan dalam hidupmu nak.  Kadang kupikir malah engkau membutuhkannya.   Jadi, anakku, janganlah berlebihan memikirkannya, tak perlu kau menuntut diri menjadi manusia yang tak bercacat.  Jika suatu saat di masamu kelak, pelintas waktu bukan lagi mimpi, maka janganlah kau menaiki mesin waktu jika kau hanya berpikir kembali untuk menyalahkan masa lalu.

Jadilah saja kesatria yang berzirahkan pengendalian nafsu dalam dirimu, yang bertamengkan kemampuan untuk mengakui kesalahan dan bersenjatakan pedang yang kau tempa dari pelajaran-pelajaran terbaik dan terpahit dalam hidupmu.  Masa depanmu bukan terletak di masa lalumu....