Tuesday, September 21, 2010

HUJAN HARI RABU

Hujan turun lagi kemarin walau tak seganas hujan hari minggu.

Di sebuah bagian utara kota, dalam sebuah warung, sekelompok orang yang tak semuanya saling kenal, datang dengan tujuan yang sama, semangkuk kehangatan.

Sepasang kekasih berdiri paling depan, memegang kendali atas gerobak bakso bakar yang dikerumuni beberapa orang lainnya. Sang wanita memilihkan satu-persatu menu untuk pasangannya, pria yang begitu awas pada sekitarnya. Tampak ingin memastikan tak satu lelaki pun dalam kerumunan itu menyentuh wanita itu. Mungkin pria itu sadar, perbedaan kadar cinta diantara mereka kasat mata.

Tapi akhirnya ia tak bisa berbuat apa-apa, ketika mendadak dari arah dalam warung berlarian dua orang anak kecil. Menyeruak sambil memamerkan suara mereka yang menggelegar, berat layaknya pria yang sudah lama menghadapi kerasnya hidup, kedua anak itu segera mengambil alih kekuasaan atas gerobak bakso itu.

Pasangan itu menyingkir, masuk kedalam warung. Sementara orang-orang hanya bisa tertawa walaupun tak lama sebagian dari mereka berkerut mendengar diksi anak-anak tambun itu yang berubah dari lucu menjadi kasar. Hidup sepertinya terlalu mencukupkan segalanya bagi keduanya, lalu mereduksi tata krama kedalam urutan yang kesekian.

Lalu datang seorang ibu dan anaknya mendesak kedepan. Tinggi besar perawakan wanita paruh baya dengan outfit mahal itu, yang sejurus kemudian berteriak-teriak pada tiga orang karyawan, meminta pesanannya dipercepat seolah ia telah menanti dalam hitungan jam. Entah kampungan atau memang belum semua orang kaya pernah merasakan bakso bakar.

Di sudut belakang gerobak, seorang lelaki dalam pakaian coklat yang setengah basah berdiri terpojok. Raut mukanya yang masih menyimpan kesal pasca perdebatan bodoh dengan atasannya lambat laun semakin cerah. Sementara aroma daging terbakar menghangatkan tubuhnya, hujan badai dan kerumunan itu berkonspirasi mendinginkan kepalanya yang tak henti menangkap pikiran disekitaran. Keinginan-keinginan memang sungguh memabukkan, sumber penderitaan kata bang iwan...

No comments:

Post a Comment