Tuesday, September 14, 2010

Premonition

“…..Tak peduli aku sepakat atau tidak, hirau atau tidak, hidup tetap mengirimkan pertanda padaku seperti sahabat pena satu arah yang bersikeras mengirim surat meski aku tak ingin membalas, apalagi meminta….. (dee)”

******


Telah kusiapkan kata-kata yang mulai terfikir beberapa waktu yang lalu. Tapi hari ini tidak satupun kata yang keluar. Mungkin firasat tentang hari ini telah mengambil porsi terlalu banyak. Pada akhirnya aku menyerah, terdiam, lalu meraih tubuhnya yang bergetar pelan. Mengikuti alur yang seakan memutar ulang mimpi dua minggu kemarin. Tak lagi mencoba membelokkan adegan, although it feels like watching sixth sense, already knowing bruce willis is a ghost.

Menolak firasat kupikir hanya akan mereduksi fungsinya untuk menghindari dalil “timbangan cinta baru terukur ketika kita kehilangan”. Menerimanya, mungkin bisa membuatku tak perlu menunggu selama itu...

Maka lima menit sakral itu pun lenyap dalam pelukan erat. Kami saling menitipkan pesan pada udara yang perlahan menghangat karena emosi. Kusandarkan wajahku di tulang selangka-nya yang tampak. Giliran aku yang bergetar memeluk pinggangnya yang berkurang drastis semenjak pertemuan terakhir kami.

Seperempat abad cukup untukku mengenal banyak adegan perpisahan.

It tends to be like this, but still, it never happened like today.

Tuhan pasti tahu aku mencintainya tanpa pesaing…

Dan kurasa dia juga tahu…

*****

selamat hari raya temans, jangan sia-siakan waktu…

No comments:

Post a Comment