Monday, May 16, 2011

HAPPY THANK YOU MORE PLEASE

Sam, pria yang tertatih-tatih di pinggir usia dewasa, merasa bahwa sepertinya dia harus bergerak maju dengan hidupnya tetapi tidak benar-benar ingin. Dia (relatif) muda, tampan dan menarik. Lalu mengapa tergesa-gesa? Pada saat itulah dia bertemu dengan gadis bernama Mississipi dan seorang anak hilang bernama Rasheen. Di sekelilingnya, ada Annie, sahabatnya yang tampak ingin selalu tegar pada dunia namun menyimpan persoalan penerimaan diri seutuhnya. Lalu ada Mary dan Charlie, sepasang kekasih yang relatif muda, yang juga menghadapi problem ketika hubungan mereka yang semakin serius menuntut adanya kemungkinan perpindahan tempat tinggal dan kehadiran anak.


Gabungkan keseluruhan tokoh tersebut dan kita akan mendapatkan tiga konflik dengan identitas yang sama. Sebuah pertanyaan tentang kesiapan melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar hidup bebas minim tanggung jawab pada usia muda, yang harus dijawab ketiga konflik yang terbangun dalam satu lingkungan yang sama pula itu.


Jadi ketika kita dihadapkan pada tiga masalah berbeda tersebut dalam satu rentang usia, apakah itu perkara mudah?


"...Tidak tentu saja...."


Perbedaan karakter diantara setiap individu akan membuat penyelesaian masalah dalam setiap plot cerita kehidupan harus menempuh jalan yang berbeda-beda yang tak semua
individu seusia mampu menemukan solusinya diantara mereka.

Tapi apakah hal itu yang paling sulit?


"...Tidak rasanya..."


Karena bagi saya, pada intinya se-berbeda apapun kita yang sebaya dan tumbuh dalam satu lingkungan, kesetaraan pengalaman yang timbul karenanya akan membuat kita mudah
memahami kisi-kisi persoalan yang ada. Berbeda jika salah satu atau kedua faktor kesetaraan (usia dan lingkungan tumbuh) tersebut dihilangkan.

Dan kesetaraan yang dibangun dalam cerita HAPPY THANK YOU MORE P
LEASE inilah yang pada akhirnya 'menjauhkan' kita pada persoalan cinta lintas generasi atau semacamnya, perbedaan prinsip antara atasan dan bawahan yang terbentuk karena dua produk sistem pendidikan yang berbeda, atau konflik batin antara kaum pendatang dan suku pribumi.

Sam hanya perlu melihat adanya cermin pada kata-kata motivasi yang pernah diucapkannya pada Annie sahabatnya. Sementara Annie ditantang untuk mencoba menggunakan indera selain mata untuk mengidentifikasi seperti apa cinta yang sesungguhnya dibutuhkannya. Dan Mary - Charlie, mereka hanya perlu setengah mabuk untuk bicara lebih jujur pada masing-masing (...??) dan berangkat mendewasa dari titik tersebut.

Lalu persoalan pun perlahan terurai, dalam iringan musik-musik Jaymay, Cloud Out dan beberapa lainnya yang sukses menggelitik memenuhi alur dan membangun emosi.


Maka sejujurnya, jika saya ditanya tentang keseluruhan film ini, jawaban saya adalah:


"...Yap,..i'am quite happy, and thank you Josh Radnor, but next time give me more please..." :D




No comments:

Post a Comment