Sunday, February 17, 2013

Different Saturday

"Hari yang baik adalah hari dimana kita mendapat ilmu yang menyadarkan akan kekurangan pengetahuan yang kita miliki kemarin"


Beberapa waktu lalu saya bercerita pada seseorang, teman yang meminta saran tentang kehidupan pernikahan.  Salah satu hal yang saya singgung adalah tentang berkurangnya frekuensi saya melakukan perjalanan panjang keluar kota.  Hal itu sebenarnya samasekali tidak saya rencanakan, karena justru travelling bersama pendamping justru menjadi salah satu resolusi saya menjelang menikah dulu.  Tak jelas bagaimana awalnya, kehidupan rumah tangga dan padatnya aktivitas kantor (cari kambing hitam) memang akhirnya menguras waktu. Tapi saya lantas berkata pada teman tersebut, bahwa pernikahan tidak seharusnya terhalangi oleh kekhawatiran akan kehilangan momen-momen perjalanan atau tergerusnya porsi hobi di masa-masa sendiri.  Marriage is much more than that.  Bagi saya, frasa tersebut semakin akrab di masa-masa kehamilan istri saya yang sudah memasuki pekan ke 26 (semoga setiap pasangan dikaruniai kebahagiaan yang sama).  

Kami 'merayakannya' dengan melakukan sesuatu yang berbeda di akhir pekan ini.  Bukan perjalanan jarak jauh, tapi hanya beberapa trip singkat ke beberapa tempat di kota malang.  Dan ini sebenarnya lebih seperti pemenuhan janji yang tertunda untuk istri saya.  

Pagi itu kami bergegas bangun pagi untuk menuju rumah sakit islam dekat kantor yang menawarkan senam hamil gratis.  Ya, hari ini adalah hari olahraga pertama untuk si panda kecil.   Istri saya kelihatan menikmati benar senam yang berlangsung satu setengah jam, terlihat dari antusiasnya cara dia bercerita. Well, actually, she always did. hehe... Pada intinya, dia gembira karena telah diajari beberapa cara relaksasi untuk mengatasi pegal-pegal dan lelah yang sering dirasakannya di trimester kedua ini.  Salah satu caranya, katanya adalah dengan sering-sering meluruskan kaki hingga punggung telapak kaki.  Saya mendorongnya untuk mencatat semua gerakan itu di buku catatan dan ia pun menyetujui untuk melakukannya setelah sarapan.

Kami memang lupa (kesiangan, actually) dan tak sempat mengecap beberapa suap nasi sebelum berangkat pagi ini.  Maka jadilah kami meluncur ke Warung Pecel Madiun di daerah belakang sardo.  Ini memang salah satu tempat makan favorit saya dan istri.  Bahkan jauh sebelum menikah, saya rutin makan disini setidaknya seminggu sekali dengan salah seorang sahabat saya, my fellow jombloers, that time... Nasinya pulen dan hangat, pecelnya enak, dan tentu saja murah meriah!.    

Jam menunjukkan pukul 9.30 ketika kami selesai sarapan dan beranjak menuju tempat 'sasaran' berikutnya, PPPA Daarul Quran.  Tujuannya cuma satu, memenuhi janji kami pada Alloh untuk mengajak si tole, panda kecil, amanah dari-Nya ini mengaji pertama kalinya.  Kami ingin ia menjadi manusia yang lebih baik dari bapak ibunya.  Dan untuk itu kami telah sepakat bahwa mengenalkannya pada Al-Quran semenjak dalam kandungan adalah salah satu prasyarat terpenting.  Maka jadilah kami menemui Ust. Habib Mustofa, pria muda dengan bacaan Al-Quran yang indah (subhanallaah).    

Di ruangan musholla kecil ukuran 2x2 itu, dalam iringian murottal Quran yang mengalun lembut dari speaker yang digantung di sudut langit-langit ruangan, kami dijelaskan bahwa sesi pertama adalah pengenalan tentang apa yang akan dilakukan untuk membuat si tole menjadi ahli Quran.  Ust. Habib Mustofa menganalogikannya dengan upaya kita kala ingin membeli mobil, butuh kerja keras untuk mengumpulkan dananya.  Maka apalagi jika yang kita ingin 'beli' adalah seorang anak yang mudah menghafal dan mengamalkan Al-Quran.  Setelah sesi taushiyah yang berjalan selama 45 menit, kami disodori buku panduan riyadhoh dan dzikir, dua mata uang untuk 'pembelian' itu yang harus kami lakukan setiap hari.  Buku itu akan bermanfaat untuk satu bulan ke depan sebelum digantikan dengan buku lain yang berisi panduan berikutnya.  Rasanya ingin menangis ketika menyadari bahwa apa yang sebelumnya saya pikir sudah cukup untuk mempersiapkan si panda kecil, ternyata masih jauh.  Masih banyak yang harus dikejar dan hari itu adalah hari yang baik.  Hari dimana kita mendapat ilmu yang menyadarkan akan kekurangan pengetahuan yang kita miliki kemarin.  Dan untungnya, di PPPA Daarul Quran, kami diberi ceklist yang harus kami lakukan setiap harinya.  Maka kami pun menutup sesi dengan janji dalam hati untuk saling mengingatkan pasangan akan janji kita pada si panda kecil....  

Bahwa diantara alunan mozart dan cerita-cerita inspiratif yang kami bagikan padanya setiap malam, dan diantara kesibukan pekerjaan yang menekan, ada porsi lebih besar yang perlu kami sediakan untuk cerita tentang Tuhan dan Al-Qurannya yang perlu ia dapatkan.  

And suddenly, it has been a different saturday....

Alhamdulillah...




 


 
    

No comments:

Post a Comment