Friday, May 18, 2012

G*g*

Tak harus menggesernya ke soal agama. Jika anak-anak muda sampai rela mengantri berhari-hari sejak dini hari, berebut membelanjakan ratusan ribu uang saku hanya untuk bersorak bersama perempuan norak dan menangisi satu kompi anak muda dari korea, pasti ada yang salah dengan budaya negeri ini....

6 comments:

  1. Clearly i'm not a fans of si ledi dan mas2 unyu suju, tapi kok i'm not completely agree ya...ada yang salah dengan budaya negeri ini itu pasti, tapi menyebut para gig goer dan muda mudi itu sebagai indikasi, kayanya kok debateable juga ya... Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. clearly, saya suka kamu ga setuju seluruhnya, which means kita ada di sisi yang pasti, right??.. haghaghag... dan saya mengerti, mengantri sesuatu yang katakanlah idola toh juga dilakukan oleh banyak kaum pecinta bola, tua atau muda. jadi yang saya tulis adalah sebuah bentuk keprihatinan bahwa semakin lama makin banyak hal yang kita kejar secara irasional, jauh dari budaya disiplin, santun dan logis yang seharusnya kita kejar.

      jadi katakanlah bahwa apa yang tertulis adalah sebuah bentuk ketidak-inginan saya sebagai calon orang tua untuk melihat anaknya berkembang ke arah yang sama nantinya, melewatkan begitu banyak waktu hanya untuk memuja idola yang tak memberi manfaat selain hiburan. Tentu ini konsep yang tidak akan sama, antara satu calon orang tua dan calon orang tua lainnya, bukan...? :D

      Delete
    2. Rasional, disiplin, santun dan logis, kalau itu parameternya jadi sekarang depends on pembandingnya. Rasanya tidak ada yang salah dengan antusiasme mengantri dll kalau itu anak juga mengaji, cuci piring, dan mengerjakan pr dengan antusiasme yg sama (atau malah lebih). Dan soal dampak, siapa yang bisa tahu, itu juga tergantung saringan dan kacamatanya. Tugas orang tua adalah menanamkan prinsip dan memasangkan saringan, juga kacamata yang efektif tapi tetep wise dan tidak judgemental. And for that matter, i'm sure that our parents have done their best. I secretly believe that lady gaga is somehow satanic, and for sure she is creepy, but I still dance to her "born this way", dancing is not a crime i guess, since it makes me happy and grateful. That also applied to suju, they're undeniably cool but i think two days sleepover for a ticket is definetely redundant. Only my (future) husband deserves that level of efforts. Hahaha.

      Delete
    3. Tentu, saya sendiri tidak ingin menjadi orang tua yang judgmental dan sekedar berharap anaknya tidak melakukan kesalahan. saya ingin memberi mereka figur idola, sesuatu yang langka karena para orang tua entah karena kesibukan kerja atau ketidakmauan mempelajari perkembangan, seringkali 'membiarkan' anak-anak mereka mencari idola dalam bentuk semacam perempuan sarden dan boyben Dan koq saya percaya ketika kita berhasil mengajarkan logika, anak yang mengaji dan shalat, maka akan secara logis tidak berminat ngantri sampai meninggalkan shalatnya ya, dan membatasi taraf idolisasi (iki opo maneh..) sampai sebatas dansa dan mendengarkan lirik-lirik enaknya lalu sekali dua kali berkaraoke bersama teman-temannya ya...

      oh eniwei, kata-katamu, terutama setengah paragraf sampai akhir, apa bisa kukategorikan sebagai perilaku budaya rasional? :D

      Delete
    4. Lucu kali ya kalo orangtua diidolakan anaknya dan mereka punya idola bersama? Jadi ada pendampingan dan shared experiencenya. Rasa2nya apa yang saya baca dan saya prediksi soal jadi orang tua memang masih ijo, belum ada konsep besar cuma hal hal yang diinginkan. Tapi sek bijim, kalo liat dari diksimu kayanya kok sensi kali ya sama mereka...haha

      Delete
    5. kupikir kamu tahu sendiri rasanya mengidolakan bapakmu to?
      must be better than superman or avengers...
      ung.. soal diksi? oh, perempuan sarden? sensi ke mereka? ga juga, wong aku juga kapan hari donlod lagunya gaga yang pake piano apa itu lah judulnya lupa... hehe...

      Delete