Tuesday, February 16, 2010

RENDEZVOUS

Kemarin siang, saya “dikejutkan” dengan sebuah film keluarga yang menyenangkan dan sedikit membuat saya heran, “why on earth I’ve never watch this movie before?”. Dan seperti kebanyakan film keluarga yang layak tonton (menurut saya), maka Little Manhattan yang bercerita tentang dua anak belasan tahun yang mengalami pengalaman pertama dihadapkan pada situasi “pergathelan” (red: cinta) pada lawan jenis ini pun menghadirkan banyak momen yang lucu dan pantas diingat. Salah satunya adalah rangkaian kata dari Gabe, sang bocah laki-laki dalam film ini yang bertutur...
“….Love is an ugly, terrible business practiced by fools. It’ll trample your heart and leave you bleeding on the floor. And what does it really get you in the end? Nothing but a few incredible memories that you can’t ever shake. The truth is, there’s gonna be other girls out there. I mean, I hope. But I’m never gonna get another first love. That one is always gonna be her…”
Ya, setiap orang pasti mengenal cinta pertama, namun tidak semua orang -termasuk saya-, beruntung mengalami cinta pertama yang bisa membuat mereka tak perlu mencari cinta lain dalam hidupnya. Saya masih ingat ketika guru TK saya, sambil menahan air mata, berpamitan pada keluarga kami sebelum pindah ke kota lain, mengikuti calon suaminya. Saat itu saya merengek pada ibu saya untuk menyusul pindah, mengikuti kemana guru muda itu pergi. Bahkan kata ibu, saya sempat bertanya kenapa bu guru harus menikah. Permintaan yang waktu itu membuat keluarga kami tertawa habis-habisan membaca gelagat kecemburuan itu. Cinta (panda) pertama?? Entahlah, waktu itu saya jelas terlalu kecil untuk mengerti tentang cinta, tapi yang jelas bu upih, guru TK-ku itu adalah sosok wanita pertama diluar keluargaku yang bisa membuat saya nyaman. Ibu saya sempat bilang, “kelembutannya dan kebiasaannya menjemput dan mengantarkan saya setiap hari sekolah itulah yang mendorong timbulnya “cinta pertama” itu dan sepertinya tipe seperti itulah yang akan terus kau cari dalam hidupmu”. Perkara bagaimana selanjutnya perjalanan hidup membawa saya justru lebih dekat pada jenis keindahan yang “cenderung galak” sepertinya masih menjadi misteri hehhee…

Di panggung sepakbola, Maldini dan Milan atau Giggs dan United adalah dua dari sedikit “pasangan” yang termasuk beruntung mendapatkan kesempatan terus bersama dengan cinta pertama mereka. Sementara cinta pertama tidak seindah itu bagi Beckham. Cinta Pertama?? Well, Jauh sebelum mengenal Victoria Adams (probably his true love), Beckham muda telah lebih dulu jatuh cinta pada Manchester United. Tumbuh bersama rekan-rekan seangkatan generasi emas tahun 1992, secara perlahan stadion, fans, pelatih, manajer, rekan setim setiap dan bagian lain dari klub besar tersebut mengambil tempat di hatinya. Tapi sebagaimana hukum alam, tak pernah ada kebersamaan yang abadi. Popularitas dan cintanya pada Victoria perlahan membawa konsekuensi terhadap “cinta pertama”-nya, setidaknya begitulah pemikiran sang manajer yang meyakini penurunan performa pemain paling terkenal sejagat itu bersumber dari gaya hidupnya diluar lapangan. Friksi-friksi kecil dalam hubungan cinta antara seorang figur ayah dan anak itu pun terus terjadi. Sampai akhirnya sebuah sepatu yang melayang deras ke dahi sang anak menjadi kulminasi dari perbedaan-perbedaan yang tak lagi menyatukan mereka dan Beckham pun harus mengubur impiannya untuk mengakhiri karir dalam seragam merah kota Manchester yang dicintainya sampai sekarang. Beckham lantas merapat ke Madrid sementara Manchester United “pergi” ke Lisbon untuk mencari sosok bernomor tujuh yang baru. Tapi cinta pertama memang selalu tertinggal dalam memori, dan sudah berulang kali beckham menyatakan kerinduannya pada Manchester United.

Adalah memang wajar untuk membayangkan bisa bertemu kembali dengan sesuatu yang pernah kita cintai dahulu. Saya pun telah lama mendambakan sebuah pertemuan sejak perpisahan pada tahun 1986 itu, namun rupanya hingga sekarang belum ada tanda-tanda kapan saya bisa menjabat kembali tangan Bu Upih. Jadi apa yang didapatkan David Beckham, sebuah perjumpaan dengan “cinta pertamanya” dalam sebuah pertandingan sarat gengsi adalah sebuah kesempatan yang indah dan pastinya takkan dilewatkannya begitu saja. Dan walaupun aktor utama di panggung laga Milan versus Manchester United boleh jadi sudah menjadi milik Rooney dan Pato sementara Beckham mungkin hanya semata memainkan supporting role dalam taktik permainan. Tapi sejarah selalu mencatat, bahwa permainan ini menjadi besar dan indah bukan hanya karena peragaan skill semata, tapi juga takdir emosional yang tak terduga. Dan malam nanti, apapun hasilnya, adalah Beckham yang mungkin paling bahagia setelah tujuh tahun penantian akan sebuah perjumpaan dengan “cinta pertama”.....

Enjoy your nite Becks, i believe you'll be not too downhearted if Manchester United, as expected, turns out to be the WINNER...!!!

No comments:

Post a Comment