Wednesday, July 15, 2009

Mutung Management

Kalo cerita soal kemarahan, saya langsung inget sama filemnya adam sandler, yang judulnya hampir sama (beda bahasa) dengan notes ini, 'anger management'. Inti filem itu yang mencoba menunjukkan bagaimana mengeskpresikan kemarahan menurut saya mengena dengan karakter saya...

Entah apakah gara2 darah yang membentuk saya itu berasal dari dua daerah matraman (kediri dan ponorogo) atau memang saya dilahirkan sebagai seorang pribadi yang tidak terlalu cepat berekspresi, yang jelas membuat saya menunjukkan kemarahan itu sulit!!!.

Tapi susah marah bukan berarti ga bisa marah... hehe... Saya ngerti koq menahan marah itu sama buruknya dengan tidak bisa mengendalikan diri. Dan anehnya, dibanding ketika dihadapkan pada hal-hal yang berbau 'Pengkhianatan dan Kebohongan' yang jelas akan membuat siapapun termasuk saya marah, saya justru lebih mudah mengeluarkan marah saya pada hal-hal seperti ketika ada orang nyerobot antrian, nerabas lampu merah, dan atau buang sampah sembarangan, terlebih jika orang-orang itu berpendidikan cukup baik.

Entah kenapa, yang jelas ketika dihadapkan pada persoalan besar dan saya berusaha mencari kata-kata yang merefleksikan kemarahan, otak saya dengan keras kepala justru mengajukan beberapa pilihan kata lain sehingga saya susah mencari kata-kata yang saya 'rindukan' seperti cuk and the essentials....

Akhirnya ekspresi kemarahan saya sering hanya muncul dari diamnya saya dalam beberapa waktu atau dalam beberapa gerakan konyol yang saya lakukan sendiri seperti mengatupkan kedua tangan di depan wajah sambil menarik beberapa napas panjang pendek.

Saya selalu tergiring pada asumsi logika bahwa persoalan besar seperti pengkhianatan misalnya, tidak bisa selesai dan justru jadi runyam ketika kita langsung mencoba 'bertukar kata dan argumen panas' saat itu juga. Thats why i prefer to stay away or keep silence for a moment in this circumstances...
*but temen saya bilang dalam kasus ini sepertinya kadang saya butuh anger management tingkat lanjut.. dunno exactly what he means by that sih...*

Nah saya justru lebih suka dan mudah mengekspresikan marah pada hal-hal yang sepele, misalnya ada seorang mahasiswa, sehat, ngantri makan di warung, lantas tanpa ba..bi..bu nyerobot, dan seenaknya minta dibungkusin 5 s.d 6 bungkus untuk teman2nya yang duduk dan ga ikut ngantri, buat saya jadi perkara karena menurut otak saya itu merefleksikan mental seorang individu dan akan celaka jika banyak yang seperti itu di negeri ini dan tak ada lagi kesempatan untuk menyelesaikan masalah selain saat itu juga. Kadang saya wondering, knapa sih dia ga bilang baik2 "ma, maaf bolehkah kami 6 orang mahasiswa letoy ini nyerobot sampeyan?". Jadi biasanya kalo ada kasus seperti ini sebisa mungkin saya berusaha untuk 'nyolot'... hehe... Sudah berkali-kali saya berjumpa dengan kondisi seperti itu, dan setelah agak lama ga ngalamin lagi (terakhir pas ngantri pecel di jalan dhoho, kediri), eh ternyata tadi malam adalah salah satu kesempatan bagi saya untuk mengekspresikan kemarahan itu... And it feels good somehow ketika saya bisa bilang 'Mas, maaf bisa ngantri ga ya?' dengan intonasi suara ala lelaki sejati... hehe...
Jadi sekarang anda tau satu lagi tentang saya... hehe...

No comments:

Post a Comment