Wednesday, October 7, 2009

Buntu

Akhir-akhir ini saya sepertinya sulit sekali menuangkan ide untuk bertanya dan menulis tentang sebuah hal yang benar-benar menarik perhatian. Penyebab awalnya jelas karena saya memang masih menjadi penulis yang buruk, walaupun saya yakin Dewi Lestari juga pasti pernah buntu. hehe... Dan ketika logika macet, biasanya yang keluar malah masalah yang diluar logika, dan itu konyol bagi saya. Tapi hati memang kadang susah dikendalikan, jadi saya biarkan saja dia nyelonong diantara status-status ga jelas di dunia maya.

Penyebab kedua sepertinya menemukan momen menulis yang tepat dan cepat. Kemarin saya ingin menulis tentang DONITA, banci yang sempat "menemani" saya dalam perjalanan mudik kemarin, tapi sampai sekarang materi saya malah belum terisi dan kebodohan donita juga menjadi sedikit basi. Waktu 'merenung' tersita oleh agenda wisata kuliner dan silaturahmi tetangga kanan kiri yang masih saja terjadi. Lalu, terpikir juga untuk melanjutkan "cerpen bodoh" itu, tapi saya belum punya ide bagaimana kami akan menentukan ending-nya, menutupnya dengan akhir yang bahagia, atau melanjutkannya dengan tanya... Lantas semua ide pun tertunda, terhimpit deadline di dunia nyata, membuat sekarang ini saya malah mempertanyakan kembali idenya. Tapi saya percaya, setidaknya semangat itu masih ada, the spirit carries on. Dan waktu yang sepertinya terasa terbuang sia-sia ternyata juga menawarkan jeda untuk saya berpikir kembali...

"...Ada masanya aku ingin dan akan bicara tentang pertem(p)u(r)an dua hati yang masih saja berkejaran tiada henti seperti kuda-kuda penghuni komedi putar di pasar malam. Tapi konyol rasanya merangkai kata-kata itu ketika bumi bergolak, udara menghitam, dan saudara kita terkubur sekarang ini. Kita, jika kata itu hanya dimensi yang mewadahi aku dan kamu, maka sungguh kerdil bagiku sekarang.

Terpikir juga olehku menceritakan tentang remeh temeh kemarin, tapi aku kadung bercita-cita untuk menggantinya dengan sebanyak mungkin perbuatan hari ini dan harapan akan esok hari. Aku buntu, dan sedikit mengadu... cinta, kau bawa kemana wajah kaku yang padanya kusandarkan inspirasiku?? Kapan jemarimu kembali dalam genggamanku?? Aku bertanya karena aku percaya dengan banyak cara engkau selalu menjawab. Maka tampar saja jika itu bisa mengakhiri jeda, asal jangan diam seperti malam. ..."


[ sapi hadir kembali ]

No comments:

Post a Comment