Wednesday, October 27, 2010
Bad Day
C : gw sensi
K : lain kali kukendalikan lebih baik lelucon bodohku
C : maaf buat sensi bodohku
yeah, this evening is considerably the one that got away. Normal day grew into a few bit fun, but eventually come to bitter end. Today it was my mistake and as always, it feels very much uncomfortable to cause you trouble like this. Particulary because our experience should've help me navigate this matter much much better. I'm sorry...
Tuesday, October 26, 2010
Talk More Do Less
tangan saya lebih bersih kok ketimbang punya papa...
ketinggalan disana kayaknya.. :p
M : wes gak usah deh, kemaluannya kemarin mbak yang bawa kok. mbak absenin deh...
Monday, October 25, 2010
Post Mortem Hip Hrrggghh...
Begitu saya mencerna genre musik terbaru teman saya, rap berlirik cerdas. Sayang, walaupun saya manggut-manggut dengan kedalaman makna liriknya, tapi sama seperti pemahaman saya tentang anarki, musik tadi malem juga nanggung, 'un-sing-able'.
Berisik dan ?!*$%@! nyaris tak bernada.
Dan sekali kali putar saja sudah cukup bikin saya langsung tidak selera lemburan dan mencari-cari sumbat telinga!!! Sama efeknya dengan lirik lagu apaan itu yang kapan hari saya dengar bisa 'menemukan' kaitan antara washington, aguilera, dan kemerdekaan indonesia.
Kuping saya ini keluaran tahun 1982, dilahirkan untuk mencintai aerosmith, queen, bon jovi dan lainnya. Yang walau berisik tapi berirama. Jadi mengingat merokok dan musik itu identik dalam hal membagi interaksinya kedalam aktif dan pasif, maka maaf teman, you may smoke your cigars, tapi jangan sering-sering muter lagu itu di ruang publik rumah ya.... :)
Thursday, October 21, 2010
Loyalitas!!!!
Tuesday, October 19, 2010
Now Tell Me How Would You Fill These Boxes??
Hari minggu, adalah waktunya beli koran pagi demi berita ringan dan selembar teka-teki silang. Yang tidak terduga kali ini adalah keluarnya sebuah pertanyaan yang, uhmm.... i dont know, i'm not that expert on this... haha...
GOALLL......!!!
Kamu lebih suka berlarian diantara kedua sayap,membuka ruang, melebarkan pandangan lalu meluncurkan bola-bola silang. Sementara dia, teman kita pandai sekali mengoptimalkan trik-trik rahasia dibalik permainan paling adiktif ini, ruwet..!!!! Sedang temanku yang baru kau kenal kemarin itu malah sebaliknya. Dia bermain begitu sederhana, pencet X , X lagi lalu tanda segitiga dan akan sampailah dia di depan gawang (pikirnya)....
Aku...??
Aku suka sekali mengumpan, keeping posession...
patiently moving forward, finding that perfect pass though many times its so vulnerable against counterattacking..
Gaya kita memang berbeda kawan, representasi diri mungkin..
Tapi toh pada akhirnya kita mencetak gol dengan tombol yang sama
KOTAK... KOTAK...!!!!
Thursday, October 14, 2010
Misinterpret
*****
Jauh sekali ternyata sungai idealisme yang harus didayungi.
Tinggi sekali pagar yang harus kulompati.
Diterus-teruske kok sirahe tambah bundet lan atine ruwet koyok dawet...
Tapi jangan khawatir, saya tidak akan menyia-nyiakan keringat yang kadung keluar, dengan keluhan. Tidak akaan...!!! Bahkan seandainya kita akan berakhir di bangku taman seperti Tom Hansen dan Summer Fin. Atau seandainya scene terakhir layar menampilkan adegan dimana saya harus bisa berkata "i'll always around", seperti ujar Kent pada Lane...
Because i know from the very start...
Even the best-laid plans have a tendency to waver and buckle
Let alone our sudden dream... So its ok,
If history shall reveal, that our keenan and kugy-like stories,
ends at chapter 44,
not 46...
Karena saya adalah perencanaan dan anda anggaran..
the script wont go our way eventually…
****
(in this world)
@beruang: this is not about us loh ya, not a chance.. hehe...
Wednesday, October 13, 2010
Tambal Ban
Hujan besar kemarin sore dan setelah menunggu beberapa lama, saya akhirnya memutuskan untuk nekat saja pulang kantor. Mendung terlalu gelap untuk ditunggu mencerah. Namun belum sampai gerbang keluar kompleks kantor, roda depan motor mendadak bocor sehingga mau tak mau saya harus menuntunnya. Seratus dua ratus meter, air mulai menyusup masuk ke balik jas hujan yang berlubang disana sini, dan tak ada satupun tambal ban yang terlihat.
Hari itu saya memang masih sedikit emosional. Saya merasa telah disalahkan dalam serentetan peristiwa yang berdampak pada perubahan ritme kerja di kantor. “..Kalo bisa diperlambat kenapa dipercepat..”, begitu lelucon tentang lingkungan pekerjaan saya, sesuatu yang sayangnya memang jamak, walaupun saya tidak berminat terinstitusi didalamnya. Andy Dufresne tak mau menyerah pada kekangan jeruji besi dan justru menghadirkan nuansa edukasi didalamnya. Saya mau seperti dia, dan hari itu saya sadar, itu tidak semudah yang saya kira.
Saya menunggu seharian untuk kesempatan bertukar pendapat tentang tuduhan yang telah tersebar kemana-mana. Tapi diskusi urung terjadi. Mungkin para penyebar isu tak berani beradu bukti. Maka akhirnya ban bocor pun terasa seperti taburan gula diatas croissant. “Perfectt..!!!” pikir saya sedikit menggerutu.
Dan bantuan untuk saya rupanya datang kemudian sebuah warung rokok dengan hiasan ban bekas diatapnya. Sepasang suami istri didalamnya tanggap menawarkan jasa dengan logat daerah yang kental saya kenal. Sempat terlintas keraguan melihat kelengkapan alat yang mereka miliki, namun akhirnya pasrah saja, daripada nuntun lebih jauh pikir saya. Lalu saya pun segera mencari posisi berteduh dibawah pohon, memandangi suami istri pemilik warung itu bekerjasama menambal ban motor saya.
Lamat-lamat terdengar percakapan mereka tentang hidup yang semakin keras, berdebat kebijakan pemerintah. Kadang saya tersenyum dibuatnya, logika-logika mereka sederhana sekali kala mendefinisikan arti kata sejahtera. Sejahtera buat mereka bukan setiap hari memandangi dunia dari balik kaca mobil yang berkilat-kilat, bukan tentang bekerja di gedung yang nyaman dan aman, bukan pula tentang liburan setiap bulan. Sejahtera hanya tentang bagaimana anak-anak mereka bisa lebih baik dari sekedar mewarisi keterampilan penambal ban.
Semakin basah keduanya diantara air hujan yang mengalir deras dari atap warung mereka. Dan hati saya perlahan mendingin.
Tuesday, October 5, 2010
It Is More About The Manner, Not The Result!!!
Aku tidak punya masalah dengan kekalahan, ini hidup pada akhirnya.
Tapi caramu menyerah yang membuatku terganggu.
Dimana energi yang kucintai?....
Mengapa yang tampak hanya letargi?....
"...kamu terlalu jauh dariku untuk bisa mengambil kesimpulan secepat itu..." , katamu
Kamu tahu? Aku sungguh berharap kamu benar
Bahwa aku yang salah menafsirkan keadaanmu
Bahwa aku yang ternyata tak mengerti sepenuhnya siapa dirimu
Tapi kita bukan lagi kawan kemarin sore
Bukan lagi rasa yang tertimbang dari satu dua adu pandang
dan Kita telah jauh-jauh hari mengerti dengan ekspektasi tinggi.
Ini takdir kita. Yang seharusnya membedakan aku dan kamu dengan lainnya.
Lalu kenapa kamu menjadi biasa?
Aku mau kau yang sempurna,
yang kadang dibenci karenanya...
"...see my limitation!!!.." , you said
Sekarang aku mulai melihatnya memang...
walau sekali lagi aku berharap aku yang salah
dan kamu belum luntur, hanya sekedar kabur...
papa nitip absen ke saya ini... :D