Wednesday, April 27, 2011

Mata Dibalik Kaca

Sesosok perempuan muda dalam baju merah berkerah tegak yang membungkus tubuh rampingnya yang berwarna cerah. Ia sekitar sepuluh senti lebih rendah dariku, dengan bahu kaku dan rambut yang dikuncir sederhana. Kedua tangannya menenteng tas laptop dan map berisi materi seminar hari ini. Pelan dia berjalan.... dua meter... satu meter.... lalu lima puluh senti lagi kami akan segera berpapasan di lobi hotel.

*..Sebatang pulpen kit seminar berwarna biru yang meluncur turun dari sela map yang digenggamnya....*

Dalam pariwara atau sinema, kadang hal-hal yang hanya berlangsung beberapa detik itu memainkan peran terpenting terhadap hasil akhir. Sebagian menamakannya momen, beberapa orang lain menjulukinya kesempatan. Saya biasa menjuluki waktu itu persilangan.


"...
di luar negeri, hal sesimpel ini biasanya menjadikan saya mengerti bagaimana cara menghubungi anda selanjutnya..."
*tangan saya terjulur ke arahnya, pulpen itu tergolek di telapak...


perempuan itu tersenyum...


"...kali ini sepertinya hanya terimakasih, reward saya untuk refleks anda..."

*rahang kakunya mencair, lekukan kecil di kiri wajahnya hadir..


Saya tersenyum dan mengangguk. lalu membiarkan dia berjalan kembali...


Lalu satu meter setelah saya berjalan menjauh,


"..Aviani, Devi Aviani.."


Logat a'la Bond yang lucu dari mulutnya, saya dan perempuan itu berbalik untuk berbagi senyum sekali lagi. Lalu pintu kaca lobi bergerak menutup pelan,
menguarkan kesadaran bahwa ada kaca diantara mata kami. Ah, sensornya sungguh tepat waktu....



****


#Do you remember the time, When they were the simple things, Where I just looked in to your eyes, Then we’ll be connected. Still I don’t even see, Why we can’t stay this time, So let me remember the shape of the evening, Cause when the day’s over who knows when I’ll see you again.#carnival-aditya sofyan


No comments:

Post a Comment