Friday, April 22, 2011

Matahari Kecil di Tengah Malam

Entah apakah itu limitasi akomodasi atau pilihan kendaraan yang tak berorientasi pada kenyamanan, perjalanan yang penuh keterbatasan adalah undangan terbuka untuk kejutan. Dan kita adalah makhluk yang seringkali memerlukan kejutan untuk menginisiasi transformasi.

Suatu ketika saya melakukan perjalanan mudik lebaran bersama sepuluh orang teman dengan moda transportasi massal bernama Kereta Api Ekonomi. Saya sendiri tidak mengerti kenapa kelas moda yang dikenal paling tidak menawarkan kenyamanan itu diberi nama Kelas EKONOMI. Saya pikir kata EKONOMI seharusnya dihargai lebih dari itu. Atau mungkin EKONOMI dipakai untuk mengingatkan kita bahwa seperti inilah kondisi perekonomian mayoritas rumah tangga di negeri ini.

Berangkat dari stasiun, sudah terlihat jelas bahwa tempat duduk akan menjadi salah satu hal premium bagi kami. Tempat duduk di dekat kamar mandi adalah pilihan satu-satunya yang kami dapat. Suara penjaja beragam makanan dan pengamen, aroma keringat bercampur dengan minyak kayu putih, lorong gerbong yang penuh sesak dengan mereka yang tidak mendapat tempat duduk. Hal-hal semacam itulah yang akan mengukur seperti apa karakter kita menghadapi kejutan perjalan dan kehidupan. Entah dalam bentuk ibu-ibu yang mencari tempat duduk, anak kecil yang mendadak terjatuh lalu menumpahkan minumannya ke arah kita, atau kejutan lain yang sulit didapatkan dalam moda transportasi berkelas non EKONOMI.

Cerita itu mendadak terlintas setelah tengah malam tadi, ketika saya terjaga dari tidur cepat dan tidak sengaja menemukan sebuah stasiun televisi swasta menayangkan salah satu film perjalanan yang paling menarik. Cerita tentang keluarga Hoover.

Inilah sebuah representasi perjalanan penuh keterbatasan
yang divisualisasikan oleh Jonathon Dayton and Valerie Faris yang 'mengumpulkan' enam orang anggota keluarga aneh, membawa mereka pergi jauh, dalam sebuah VW Kombi. Tujuan mereka hanya satu, meninggalkan Albuquerque menuju California untuk mengantarkan si bungsu Olive, seorang anak kecil gendut dan berkacamata yang begitu ingin mengikuti kontes kecantikan, Little Miss Sunshine. Tanpa menyadari bahwa perjalanan akan memberi mereka lebih dari sekedar itu.

Pemilihan VW Kombi sendiri sangat menarik. Kita mahfum, VW adalah
sebuah citra kendaraan yang berawal dari keinginan Adolf Hitler agar kendaraan pribadi dapat tersedia untuk masyarakat umum, mampu mengangkut dua orang dewasa dan tiga anak kecil, bisa mencapai kecepatan 100 km/jam, dan harganya tidak melebihi harga sepeda motor ditambah harga boncengan samping sepeda motor pada waktu itu. Inilah simbol kelas 'ekonomi' A'la Jerman kala itu.

Dalam VW Kuning yang sudah terengah-engah menjalani sisa hidupnya itulah Dayton dan Farris menginginkan setting yang senada ketika terjadi intensitas interaksi yang luar biasa antar karakter dari keluarga yang bermasalah dan penuh keterbatasan tersebut.

Konsep dari sebuah disfungsi keluarga dengan masing-masing anggotanya memiliki problem aneh rasanya sudah pernah diceritakan berkali-kali. Tapi yang membedakan Litlle Miss Sunshine adalah keberhasilannya untuk membiarkan karakter-karakter aneh tersebut berkembang dengan wajar tanpa memaksa alur cerita untuk merubah mereka.


Pada akhirnya keberhasilan Little Miss Sunshine menyampaikan pesan-pesan didalamnya tidak lepas dari cast yang sangat tepat dan bersinar bersama secara proporsional. Dari Greg Kinnear yang memerankan karakter seorang motivator yang gagal dan dogmatis, kepala keluarga yang ingin melakukan segala sesuatunya sendiri. Tony Collette, sebagai istri yang secara karakter terlihat paling normal namun jelas menjadi aneh dalam keluarga aneh ini. Alan Arkin, yang memerankan kakek pecandu namun sangat mencintai keluarganya. Steve Carrell yang memainkan peran terbaiknya sebagai paman yang memiliki kelainan seksual. Paul Dano dan karakter remaja yang bernazar berhenti bicara karena dia tidak menyukai apa yang terjadi pada keluarganya. Hingga Abigail Breslin, yang dengan luarbiasa memerankan karakter Olive, anak tujuh tahunan yang bermimpi menjdi ratu kecantikan. Dia dan penampilannya adalah pusat mataharinya.

Maka walaupun ketidak-orisinalan ide dasar film ini bisa dipandang sebagai titik lemah, Little Miss Sunshine pada dasarnya adalah sebuah potret jujur sebuah dinamika disfungsi keluarga dengan pendalaman karakter yang berkelindan seiring alur. Ini adalah perjalanan penuh drama dan lelucon (yang terkadang satir) dalam racikan dialog-dialog sederhana yang nyatanya menjadi luar biasa.

Dan terimakasih pada kebiasaan tidur cepat saya yang selain mereduksi insomnia, nyatanya membuat saya melihat matahari kecil bersinar terang tadi malam....


No comments:

Post a Comment